Revisi Laporan Paedagogi
Kelompok I
09-026 Susi Trisnawaty
09-029 Chairuna S. Nasution
09-078 Sarah Situmorang
Tema: Kreativitas
Tujuan Pembelajaran
Pengajar: Untuk belajar cara mengajari anak-anak yang baik dan benar
Subjek: Untuk melatih kemampuan motorik halus anak-anak
Manfaat Kegiatan
Pengajar: Mendapat pengalaman mengajari anak kecil
Subjek: Bisa menggunakan gunting dan jarum dengan baik
Landasan Teori
A. Pengajar
1. Mengajar
Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (Danim, 2010).
Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (Danim, 2010).
2. Menginspirasi Siswa
Kegiatan mengajar yang baik terjadi ketika subjek didik termotivasi belajar. Jika proses pendidikan menggangkat motivasi belajar subjek didik ketingkat yang lebih tinggi, maka pengajaran ini dapat menginspirasi subjek didik untuk terus belajar. Ada beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi siswa, yaitu:
Kegiatan mengajar yang baik terjadi ketika subjek didik termotivasi belajar. Jika proses pendidikan menggangkat motivasi belajar subjek didik ketingkat yang lebih tinggi, maka pengajaran ini dapat menginspirasi subjek didik untuk terus belajar. Ada beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi siswa, yaitu:
- Keahlian pokok
- Ahli paedagogi
- Komunikator yang unggul
- Mentor yang berpusat pada siswa
- Asesor yang sistematis dan berkelanjutan
3. Kategori Mengajar
Proses mengajari anak-anak biasanya disebut dengan paedagogi. Paedagogi mempunyai dua kategori, yaitu paedagogi formal dan paedagogi vernakuler. Paedagogi formal berupaya mengembangkan prinsip dan teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematik, lebih abstrak, dan umum. Sedangkan paedagogi vernakular lebih menekankan pada pengetahuan praktis dan empiris atau pengalaman individu untuk meningkatkan aplikasi paedagogi formal. Jadi, paedagogi formal dan paedagogi vernakural saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
Proses mengajari anak-anak biasanya disebut dengan paedagogi. Paedagogi mempunyai dua kategori, yaitu paedagogi formal dan paedagogi vernakuler. Paedagogi formal berupaya mengembangkan prinsip dan teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematik, lebih abstrak, dan umum. Sedangkan paedagogi vernakular lebih menekankan pada pengetahuan praktis dan empiris atau pengalaman individu untuk meningkatkan aplikasi paedagogi formal. Jadi, paedagogi formal dan paedagogi vernakural saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
4. Kenikmatan Belajar
Kegiatan belajar-mengajar yang paling efektif adalah ketika guru menikmati apa yang diajarkan dan murid menikmati pelajaran yang dipelajari. Jika kedua hal ini tercapai maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan lancar dan semestinya tidak ada murid yang mendapat nilai jelek dan tidak ada guru yang mengeluh muridnya tidak memperhatikan pelajaran.
Kegiatan belajar-mengajar yang paling efektif adalah ketika guru menikmati apa yang diajarkan dan murid menikmati pelajaran yang dipelajari. Jika kedua hal ini tercapai maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan lancar dan semestinya tidak ada murid yang mendapat nilai jelek dan tidak ada guru yang mengeluh muridnya tidak memperhatikan pelajaran.
B. Perkembangan Anak
Perkembangan kemampuan motorik pada anak sangatlah penting agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Ada 2 kemampuan motorik yang harus dikembangkan oleh anak-anak (Papalia, 2007), yaitu:
- Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan fisik yang terkait dengan perkembangan otot besar. Perkembangan sensoris dan motorik pada cerebral cortex memberikan koordinasi yang lebih baik sehingga anak-anak bisa melakukan apa yang mereka ingin lakukan, seperti lari, lompat, dan memanjat.
- Kemampuan motorik halus adalah kemampuan fisik terkait dengan otot-otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini akan lebih bertanggung-jawab terhadap kebutuhan diri mereka sendiri. Contoh kegiatan yang dilakukan dengan kemampuan motorik halus, yaitu mengancing baju, menggambar, menggunting, dan sebagainya.
Perencanaan
Rencana 1
Partisipan : anak jalanan
Materi pembelajaran : membuat alas cangkir dari sedotan dan benang wol
Pada perencanaan awal saya, sarah dan runa berencana memberikan pengajaran pada kelompok anak jalanan karena menurut kami anak jalanan lebih membutuhkan bantuan dari pada anak-anak lain. Selain bahan mudah didapat dan harganya murah, hasil dari alas gelas itu bisa mereka jual untuk menambah pemasukan mereka. Setelah itu, kami menemui mereka dan memberitahukan tujuan kami, anak-anak itu tertarik dan setuju, akan tetapi setelah beberapa hari kemudian anak-anak tersebut memberitahukan kami bahwa mereka tidak bisa ikut karena pendamping mereka (Tante Bos) tidak mengizinkan mereka untuk mengikuti kegiatan ini. Oleh karena itu, kami mengganti partisipan lain.
Rencana 2
Partisipan : adik-adik Rafita Atia
Materi pembelajaran : membuat kincir angin, telepon dari kaleng, atau pesawat dari kardus bekas
Pada rencana kedua ini, kami ingin memberikan materi pembelajaran dengan teman daur ulang, jadi bahan-bahan untuk pembelajaran ini berasal dari barang-barang bekas. Tujuan pembelajaran ini agar adik-adik tahu ada manfaat lain dari barang bekas selain untuk dibuang. Kemudian kami menjumpai mereka untuk membangun rapport dan mengambil data awal. Pada proses ini, kami mencoba untuk menawarkan materi pembelajaran yang telah kami siapkan pada mereka, akan tetapi respon mereka tidak terlalu baik. Respon anak-anak, yaitu:
Abad >>“saya sudah belajar membuat itu di sekolah”
Tata >> “ saya lebih suka main Ipad, kak”
Arbi >> duduk dengan gestur lemas dan tidak bersuara
Setelah itu kami mencoba untuk menyesuaikan jadwal mereka dengan jadwal kami agar bisa melakukan kegiatan mengajar ini, tetapi waktu anak-anak itu tidak ada yang cocok karena mereka berasal dari sekolah yang berbeda dan tingkat kelas yang berberda, serta ditambah dengan respon mereka yang kurang antusias dengan materi, kami kemudian mencari partisipan lain.
Rencana 3
Partisipan : adik-adik Zahra Afifa
Materi pembelajaran : belum ditentukan
Pada rencana ini, kami tidak menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu, kami berfokus dengan apa ketertarikan anak-anak ini agar proses pembelajaran kami berjalan dengan lancar. Kami membangun rapport dan mengambil data awal sambil berbincang-bincang. Dari perbincangan itu kami mendapat satu ketertarikan yang sama terhadap anime selain sepak bola. Saat berbincang-bincang ada satu anak yang menanyakan “apa itu kak?” pada gantungan kunci mobil sarah. Sarah menjawab” itu gantungan kunci dek, kalian mau buat gantungan kunci seperti ini?”, adik-adik itu menjawab”boleh kak, tapi buatnya gimana?”, sarah menjawab “nanti kami ajarin hehe”. Adik-adik itu terlihat sangat antusias sehingga kami memutuskan untuk membuat gantungan kunci dari kain felt. Setelah ini, kami membuat janji untuk bertemu dan mengajari cara membuat gantungan kunci dari kain felt.
Subjek
Jumlah: 4 Orang
Tanggal kegiatan: 12 April 2013
Waktu kegiatan: 17.00-20.00
Lokasi kegiatan: Rumah Subjek
Simpulan hasil observasi awal
Nama Panggilan: Ari
Kelas: 6 SD
Tempat/Tanggal lahir: Medan/11 Januari 2001
Pelajaran yang disukai: PKN dan IPS
Hobi: Main Sepak Bola dan Futsal
Nama: Ahmad Fandi
Nama Panggilan: Fandi
Kelas: 6 SD
Tempat/Tanggal lahir: Padang Sidempuan/ 17 Juni 2001
Pelajaran yang disukai: B. Indonesia dan IPS
Hobi: Main Sepak Bola dan Futsal
Nama: Esa Prasetio Wiratno
Nama Panggilan: Esa
Kelas: 6 SD
Tempat/Tanggal lahir: Medan/ 13 Juni 2001
Pelajaran yang disukai: Agama dan IPS
Hobi: Main Sepak Bola dan Futsal
Nama: Zogi Arian Pratama Samosir
Nama Panggilan: Zogi
Kelas: 4 SD
Tempat/Tanggal lahir: Medan/ 17 Agustus 2003
Pelajaran yang disukai: B. Inggris dan Matematika
Hobi: Main Sepak Bola dan Futsal
Perlengkapan Kegiatan
1. Alat:
kamera ponsel
gunting
pensil
penggaris
lem
jarum
kertas pola
2. Bahan:
kain felt
benang wol
benang biasa
gantungan kunci
Laporan Kegiatan
Saat kegiatan pengajaran dimulai, keempat subjek yang bernama Fandi, Ari, Esa, dan Zogi sangat antusias, mereka terus bertanya mengenai alat dan bahan yang kami bawa beserta pola-pola bentuk gantungan kunci. Berikut adalah hasil observasi saat kegiatan mengajar berlangsung:
Ari:
- Menggambar pola dengan serius
- Menggunting pola sesuai dengan alur dan cepat
- Menempelkan hasil guntingan sesuai dengan cermat
- Bertanya kepada pengajar cara menggambar pola
- Membantu Zogi menggambar pola
- Membantu Zogi menggunting pola
Fandi:
- Menjawab pertanyaan pengajar
- Menjawab panggilan Esa, Ari, dan Zogi
- Tersenyum saat menggambar pola
- Tersenyum saat mengunting kertas pola
- Tersenyum saat menempel hasil guntingan
- Duduk diam melihat teman-temannya melakukan kegiatan
Esa:
- Berbicara tanpa henti dengan Fandi
- Mengatakan lelucon kepada Zogi
- Membuat Zogi takut
- Menggambar pola sambil bercerita dengan teman
- Menggunting pola sambil bercerita dengan teman
- Menempel hasil guntingan sambil bercerita dengan teman
- Meminta kain felt untuk dibuat di rumah
Zogi:
- Berbicara dengan teman tanpa henti
- Memuji diri sendiri
- Mengejek hasil karya temannya
- Berjalan kesana kemari
- Menggambar pola sambil bercerita dengan teman
- Menggunting pola dengan waktu yang lama
- Hasil guntingan pola tidak sesuai dengan pola yang digambar
- Menempelkan hasil guntingan sambil mengeluh
- Membuat 2 gantungan kunci
- Saat difoto langsung stand by di depan kamera
- Meminta bantuan pada pengajar
- Meminta bantuan pada teman
- Hasil gambar pola tidak mirip dengan contoh pola
Kesimpulannya, kemampuan motorik halus Ari, Fandi, dan Esa sudah cukup terasah, hal ini dapat dilihat dari hasil guntingan mereka yang cukup rapi, sedangkan hasil guntingan Zogi masih kurang rapi, Zogi meminta bantuan untuk mengambar pola dan menggunting pola tersebut. hal itu bisa dimaklumi karena usia Zogi yang paling muda diantara mereka berempat. Selanjutnya hasil observasi terhadap pengajar:
Susi:
- Melakukan salam pembuka bersama Sarah
- Mengeluarkan peralatan dan bahan dari tas
- Memberi arahan membuat pola pada peserta
- Mempraktekkan dasar membuat pola di kertas
- Menggambar pola dengan jangka
- Mempraktekkan cara menggunting pola
- Memfoto proses kegiatan
- Membantu memasangkan gantungan kunci Esa dan Fandi
Chairuna:
- Memfoto proses kegiatan
- Membantu membuat pola Ari dan Fandi
- Membantu Ari memotong pola
- Menjawab pertanyaan Ari
- Membantu Zogi membuat pola hiasan
- Membantu memasang gantungan kunci Ari
Sarah:
- Melakukan salam pembuka bersama Susi
- Memegang dan membawa peralatan dan bahan ke pondok
- Menggambar pola dengan melihat foto
- Mengarahkan cara menggambar pola
- Memberi arahan cara menggunting pola
- Memberi arahan cara menempel hasil guntingan
- Membantu Fandi mengunting hiasan pola
- Membantu memasang gantungan kunci Zogi
Kesimpulannya, cara pengajaran yang kami berikan bukan seperti kegiatan sekolah, proses belajar yang kami lakukan lebih mirip proses bermain sehingga kami sebagai pengajar tidak mengajar dengan cara yang kaku. Jika dilihat dari hasil observasi, kami saling membantu memberi arahan pada anak-anak sehingga anak-anak pun bisa mengikuti arahan kami, kami bisa dimasukan ke dalam kategori guru yang baik menurut Hassett (dalam Danim, 2010).
Analisis Kegiatan
A. Pengajar
1. Mengajar
Berdasarkan definisi mengajar, kelompok kami telah memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, dan pengetahuan kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami tujuan dari kegiatan kami, maka apa yang kelompok kami lakukan sudah termasuk dalam tindakan mengajar.
2. Menginspirasi Siswa
Dari beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi siswa, kelompok kami hanya dapat memenuhi beberapa saja, yaitu:
- keahlian pokok
Kelompok menguasai materi yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan mencari dan membuat terlebih dahulu gantungan kunci yang akan diajarkan.
- ahli paedagogi
Kelompok menunjukkan sikap positif dan mempercayai peserta didik dapat membuat gantungan kunci sendiri di rumah dan dapat mengatasi kendala yang muncul dalam membuat gantungan kunci.
- mentor berpusat pada siswa
Kelompok berusaha merangsang para peserta didik melalui berbagai metode seperti dengan metode bermain agar peserta didik terdorong dan ikut berpartisipasi secara aktif saat melakukan kegiatan.
- asesor yang sistematis dan berkelanjutan
Kelompok berusaha menyesuaikan gaya belajar agar para peserta didik mengerti terhadap materi yang diajarkan yaitu cara membuat gantungan kunci dari kain flanel.
3. Kategori Mengajar
Pendekatan teoritis dan praktis tidak dapat dipisahkan dalam metode mengajar, kedua pendekatan ini saling melengkapi agar proses pengajaran terlaksana. Kelompok kami pun tidak terkecuali, memberikan pengajaran dengan teoritis kemudian dengan praktisnya sehingga peserta didik tahu dan paham secara teori dan praktisnya.
4. Kenikmatan Belajar
Kegiatan belajar-mengajar yang efektif yaitu saat pengajar dan peserta didik saling memahami dan menikmati apa yang dipelajari dan yang diajarkan. Dalam kegiatan yang kelompok kami lakukan, kenikmatan belajar yang kami capai cukup baik karena baik kelompok maupun peserta didik puas dengan apa yang didapat dari kegiatan ini.
B. Perkembangan Anak
Perkembangan kemampuan motorik Ari, Fandi, Esa, dan Zogi sangat baik, mereka bisa meloncat, berlari, dan memanjat. Hal ini didapat dari kelompok secara tidak sengaja saat perjalanan menuju pondok, mereka berempat berlarian menuju pondok dan melompati pagar rumput yang ada disekitar pondok. Sedangkan kemampuan motorik halus Zogi masih kurang, mungkin karena Zogi masih kelas 4 SD dibandingkan dengan Ari, Fandi, dan Esa yang sudah kelas 6 SD.
Analisis Kegiatan
A. Pengajar
1. Mengajar
Berdasarkan definisi mengajar, kelompok kami telah memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, dan pengetahuan kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami tujuan dari kegiatan kami, maka apa yang kelompok kami lakukan sudah termasuk dalam tindakan mengajar.
2. Menginspirasi Siswa
Dari beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi siswa, kelompok kami hanya dapat memenuhi beberapa saja, yaitu:
- keahlian pokok
Kelompok menguasai materi yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan mencari dan membuat terlebih dahulu gantungan kunci yang akan diajarkan.
- ahli paedagogi
Kelompok menunjukkan sikap positif dan mempercayai peserta didik dapat membuat gantungan kunci sendiri di rumah dan dapat mengatasi kendala yang muncul dalam membuat gantungan kunci.
- mentor berpusat pada siswa
Kelompok berusaha merangsang para peserta didik melalui berbagai metode seperti dengan metode bermain agar peserta didik terdorong dan ikut berpartisipasi secara aktif saat melakukan kegiatan.
- asesor yang sistematis dan berkelanjutan
Kelompok berusaha menyesuaikan gaya belajar agar para peserta didik mengerti terhadap materi yang diajarkan yaitu cara membuat gantungan kunci dari kain flanel.
3. Kategori Mengajar
Pendekatan teoritis dan praktis tidak dapat dipisahkan dalam metode mengajar, kedua pendekatan ini saling melengkapi agar proses pengajaran terlaksana. Kelompok kami pun tidak terkecuali, memberikan pengajaran dengan teoritis kemudian dengan praktisnya sehingga peserta didik tahu dan paham secara teori dan praktisnya.
4. Kenikmatan Belajar
Kegiatan belajar-mengajar yang efektif yaitu saat pengajar dan peserta didik saling memahami dan menikmati apa yang dipelajari dan yang diajarkan. Dalam kegiatan yang kelompok kami lakukan, kenikmatan belajar yang kami capai cukup baik karena baik kelompok maupun peserta didik puas dengan apa yang didapat dari kegiatan ini.
B. Perkembangan Anak
Perkembangan kemampuan motorik Ari, Fandi, Esa, dan Zogi sangat baik, mereka bisa meloncat, berlari, dan memanjat. Hal ini didapat dari kelompok secara tidak sengaja saat perjalanan menuju pondok, mereka berempat berlarian menuju pondok dan melompati pagar rumput yang ada disekitar pondok. Sedangkan kemampuan motorik halus Zogi masih kurang, mungkin karena Zogi masih kelas 4 SD dibandingkan dengan Ari, Fandi, dan Esa yang sudah kelas 6 SD.
Hasil Kegiatan
Setelah semua gantungan kunci selesai dibuat, Fandi, Esa, Ari, dan Zogi merasa sangat senang. Mereka menyatakan akan membuatnya lagi di rumah. Fandi dan Zogi sama-sama membuat 2 gantungan kunci, satu berbentuk gitar satunya lagi berbentuk bola pipih. Esa membuat 1 gantungan kunci berbentuk bola pipih mirip bola naga pada animasi Dragon Ball, sedangkan Ari membuat gantungan kunci berbentuk buku yang dibuat berdasarkan animasi Death Note. Kami kemudian membawa snack dan minuman untuk dimakan bersama. Saat break tersebut kami, termasuk adik-adik tersebut bercerita tentang hasil gantungan yang telah dibuat. Mereka sangat puas, mereka ingin ikut kegiatan seperti ini lagi jika ada.
Evaluasi
Ada beberapa kendala saat kami membuat awal perencanaan kegiatan ini, yaitu :
- Kendala mencari peserta didik
- Kendala mencari waktu yang sesuai antara anggota kelompok dan peserta didik
- Kendala pada materi yang ingin diajarkan pada peserta didik
Ada 2 perencanaan yang batal dijalankan yaitu rencana 1 dan 2, dari kegagalan itu kami belajar bahwa untuk memberikan informasi berupa pengetahuan tidaklah mudah, semua itu tergantung dengan subjek atau target kegiatan, untuk itu kami harus mencari tahu dulu apa yang dibutuhkan oleh subjek, apa yang disukai subjek, dan manfaat apa yang diperoleh subjek jika mereka mengikuti kegiatan ini.
Jika dilihat dari proses pengajaram, kami sudah berusaha mengikuti prinsip paedagogi, dimulai dari cara mengajar kami sudah mempelajari cara membuat gantungan kunci secara teoritis dan praktis, kami sudah berdiskusi cara membuat gantungan kunci dengan cara yang paling sederhana dan mempraktekkannya agar saat kegiatan kami bisa mengajarkan dengan baik dan benar. Kami mencoba memotivasi subjek untuk belajar membuatnya sendiri di rumah dan juga memberikan beberapa bahan untuk mereka agar bisa latihan di rumah. ketika proses belajar-mengajar ini berlangsung kami dan subjek sama-sama menikmati apa yang sedang kami kerjakan, hal ini terlihat dari senyuman para subjek dan pengajar. Ketika Kegiatan ini berlangsung ada beberapa masalah yang dihadapi oleh kelompok, yaitu cahaya lampu di pondok kurang terang sehingga kami tidak bisa merekam dengan camera ponsel dan banyak nyamuk karena di sekitar pondok terdapat kolam dan tanaman.
Jadwal Pelaksanaan
Minggu
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
18
Maret
Diskusi
kelompok
|
21
Maret
Observasi
1
|
|||||
25 Maret
Perencanaan 1
|
28 Maret
Perencanaan batal
|
|||||
1
April
Diskusi
|
4
April
Perencanaan
2
|
|||||
8 April
Perencanaan 3
|
11 Arpil
Persiapan
|
12 April
Pelaksanaan
|
||||
29
Arpil
Pembuatan
laporan
|
2
Mei
Diskusi
|
4
Mei
Diskusi
|
||||
5 Mei
Publikasi
|
6 Mei
Diskusi
|
Rincian Biaya
Rincian
|
Harga/satuan
|
Jumlah
|
Total
|
Minuman
|
Rp 14.500
|
1 botol
|
Rp 14.500
|
Snack
|
Rp 7.500
|
1 bungkus
|
Rp 7.500
|
Snack
|
Rp 4.000
|
4 bungkus
|
Rp 16.000
|
Lem
|
Rp 2.500
|
1 buah
|
Rp 2.500
|
Kain flanel
|
Rp 2.500
|
3 lembar
|
Rp 7.500
|
Gantungan
|
Rp 750
|
10 buah
|
Rp 7.500
|
Jarum
|
Rp 8.000
|
1 bungkus
|
Rp 8.000
|
Total
|
Rp 63.500
|
Dokumentasi
Foto-foto saat kegiatan bisa dilihat pada Galery
Testimoni
Susi
Bagi saya, proses belajar-mengajar yang kami lakukan ini sangat menyenangkan. Banyak canda dan tawa, harapannya kegiatan ini bisa dilakukan lagi, tetapi dengan materi yang lebih unik dan waktu yang lebih panjang. Akhir kata, walaupun kegiatan ini dilaksanakan dengan terburu-buru, tetapi hasil yang diperoleh cukup memuaskan bagi kami dan anak-anak hehehe \(^0^)/
Bagi saya, proses belajar-mengajar yang kami lakukan ini sangat menyenangkan. Banyak canda dan tawa, harapannya kegiatan ini bisa dilakukan lagi, tetapi dengan materi yang lebih unik dan waktu yang lebih panjang. Akhir kata, walaupun kegiatan ini dilaksanakan dengan terburu-buru, tetapi hasil yang diperoleh cukup memuaskan bagi kami dan anak-anak hehehe \(^0^)/
Runa
Ternyata mengajar itu enggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus menguasai bahan, harus bisa menarik perhatian peserta didik, harus bisa memotivasi. Waah! harus banyak bisanya. Tetapi setelah melewati beberapa trial and error, akhirnya paham gimana enaknya mengajar. Waktu di lapangan juga seru, mungkin karena dapat peserta didik yang seru-seru juga dan mereka antusias. Bertambah lagi deh pengalaman. Kereeen !! Seruuu !! Asyiiikk !!
Sarah
Teaching is fun. Mengajar buat saya adalah hal yang menarik dan menyenangkan, apalagi karena materi dan bahan yang kelompok ajarkan termasuk hobby saya, yaitu kerajinan tangan. Awalnya agak ragu apakah anak laki-laki seusia subjek kami tersebut mau diajarkan materi ini, mengingat biasanya kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan oleh anak perempuan. Ternyata sebaliknya, mereka sangat antusias mengerjakannya. Puas sekaligus bangga bisa mengajarkan hal-hal yang baru kepada anak-anak.
Ternyata mengajar itu enggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus menguasai bahan, harus bisa menarik perhatian peserta didik, harus bisa memotivasi. Waah! harus banyak bisanya. Tetapi setelah melewati beberapa trial and error, akhirnya paham gimana enaknya mengajar. Waktu di lapangan juga seru, mungkin karena dapat peserta didik yang seru-seru juga dan mereka antusias. Bertambah lagi deh pengalaman. Kereeen !! Seruuu !! Asyiiikk !!
Sarah
Teaching is fun. Mengajar buat saya adalah hal yang menarik dan menyenangkan, apalagi karena materi dan bahan yang kelompok ajarkan termasuk hobby saya, yaitu kerajinan tangan. Awalnya agak ragu apakah anak laki-laki seusia subjek kami tersebut mau diajarkan materi ini, mengingat biasanya kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan oleh anak perempuan. Ternyata sebaliknya, mereka sangat antusias mengerjakannya. Puas sekaligus bangga bisa mengajarkan hal-hal yang baru kepada anak-anak.
Comments
Post a Comment