Keanehan pada Sikap Anak Bu Nah

Ini adalah pengalaman saya sewaktu SMA kelas 2. Saya dan teman-teman sering pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam membuat karya tulis ilmiah bidang studi bahasa Indonesia.

Kami mencari bahan yang kami perlukan masing-masing kemudian membahasnya secara bersama. Sewaktu kami membahas tugas kami, tiba-tiba anak ibu Nah datang, namanya Andre, dia berusia sekitar 7 tahun, menurut cerita ibu Nah anaknya sangat pandai. Kami menyapanya, dia langsung menoleh dan berjalan menuju arah kami. Kami menganggap Andre sebagai anak biasa saja, kami mengajaknya bermain, tetapi ada sesuatu hal yang aneh pada Andre. Andre suka datang ke perpustakaan sendirian dan setiap datang ke perpustakaan selalu meminjam hp pada orang yang dikenalinya dan kemudian bermain game sampai lonceng berbunyi. Dia jarang sekali bermain dengan teman sebayanya. Kami mencoba untuk mendekatinya dan berbicara dengannya, tetapi dia lebih suka diam dan fokus dalam permainan di hp yang dipinjamnya. Ada beberapa gossip yang beredar dia antara guru-guru yang menyatakan bahwa Andre menderita autis. Kami tidak berani menanyakan hal tersebut secara langsung kepada bu Nah karena takut bu Nah akan tersinggung.

Mungkin saja Andre menderita sindrom asperger, menurut buku Psikologi pendidikan oleh John W. Santrock, gangguan Spektrum Autisme ditandai dengan adanya masalah-masalah dalam interaksi social, masalah-masalah dalam komunikasi verbal dan nonverbal, serta prilaku yang repetitif. Gangguan ini umumnya terdeteksi pada umur 1-3 tahun.
Ada 2 jenis gannguan spektrum autisme, yaitu:

1. Gangguan Autistik
2. Gangguan Asperger

Gangguan Autistik (autistic disorder)
Merupakan gangguan spektrum autisme yang berat yang dimulai pada umur 3 tahun pertama kehidupan, meliputi kurangnya kemampuan dalam menjalin hubungan sosial, komunikasi yang abnormal, pola prilakuyang terbatas, repetitif, dan tetap.

Gangguan Asperger (Asperger Syndrome)
Merupakan gangguan spectrum autisme yang relatif ringan, diaman si anak mempunyai bahasa verbal yang relatif bagus, masalah bahasa nonverbal yang lebih ringan, minat dan hubungan yang terbatas, serta sering terlibat dalam rutinitas yang repetitif.

Apa saja penyebab gangguan spektrum autisme?

Konsensus sekarang ini menyatakan bahwa autism merupakan disfungsi otak akibat abnormalnya struktur otak (termasuk lobus frontal, temporal, dan korteks otak kecil) dan gangguan pada neurotransmitter seperti serotonin dan dopamine.

Apakah faktor-faktor genetik juga dapat menyebabkan autisme?

Faktor-faktor genetik mugkin juga berperan dalam perkembangan gangguan spectrum autism. Ada sebuah penelitian terkini yang menemukan bahwa sekitar 50% anak laki-laki yang menderita dindrom asperger mempunyai sejarah keluarga yang memiliki gangguan spektrum autisme.

Perspektif Teoretis
Psikolog O. Ivar Lovaas dan rekan-rekan (1979) menawarkan perspektif belajar kognitif dari autisme. Mereka menyatakan bahwa anak-anak autistik memiliki defisit perseptual sehingga mereka hanya dapat memproses satu stimulus saja pada waktu tertentu. Akibatnya mereka lambat belajar secara classical conditioning (asosiasi terhadap stimuli). Berdasarkan perspektif teori belajar, anak-anak menjadi terikat dengan pengasuh utamanya karena diasosiasikan dengan reinforcer primer seperti makanan dan pelukan. Anak-anak autistik memperhatikan makanan atau pelukan, tetapi tidak menghubungkannya dengan orang tua.

Penanganan autisme
Walaupun autisme belum dapat disembuhkan, penelitian selama 30 tahun mendukung pentingnya program penanganan prilaku yang intensif, menerapkan prisip-prinsip belajar untuk mengurangi prilaku yang mengganggu dan meningkatkan keterampilan belajar serta komunikasi pada anak-anak autistik. Pendekatan secara biologis memberikan pengaruh terbatas. Penelitian menunjukkan bahwa obat-obatan yang meningkatkan aktivitas serotonin dapat mengurangi pikiran dan prilaku yang repetitif serta agresif sehingga menghasilkan perbaikan dalam hubungan sosial dan penggunaan pada individu autistik dewasa. Penggunaan obat-obatan ini pada anak-anak masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.


Referensi buku:

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Jeffrey, Spencer, dan Beverly.(2005). Psikologi Abnormal (edisi 5). Jakarta: Erlangga
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta



Mohon maaf bila ada kesalahan dalam pengetikan dan sebagainya, mohon pembaca memberi tanggapan maupun komentar terhadap karya penulis, penulis akan sangat menghargai pendapat dari para pembaca. Terima kasih.


7 Pebruari 2010

Susi Trisnawaty
091301026

Comments

Popular posts from this blog

Apa yang dimaksud Heutagogi??

Spaghetti Bolognese

Soto Medan, Indonesia