Paedagogi


A. Pengertian Paedagogi

Secara etimologis kata paedagogi berasal dari kata “paid” yang artinya anak dan kata “agogos” yang artinya membimbing. Jadi, kata paedagogi berarti membimbing anak. Dalam paedagogi, mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada para peserta didik (dalam hal ini anak-anak) pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu.

Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld (dalam web Ahmad Sudrajat), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari cara membimbing anak supaya kelak mampu secara mandiri menyelesaikan masalah. Langeveld (dalam web Ahmad Sudrajat) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikan sebagai pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, termasuk kegiatan mendidik dan membimbing anak. Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) memiliki makna sebagai seni dan ilmu mengajar anak-anak.

B. Seni dan Ilmu mengajar

1. Mempelajari dan mentransformasikan
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi tertentu dan menggunakan media yang tertentu pula. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik secara individu, kelompok, maupun dalam bentuk lembaga. Mortimer J. Adler menyatakan bahwa Socrates telah memberi kita wawasan mengenai sifat dasar pembelajaran saat ia membandingkan seni mengajar guru dengan keterampilan seorang bidan dalam membantu ibu melahirkan.

2. Hubungan pikiran
Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang dengan pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya. Hubungan ini disebut hubungan dua arah. Siswa menerima dan mengikuti disiplin yang ditentukan guru untuk pengembangan pikirannya. Hal ini tidak berarti bahwa siswa harus tunduk dan pasif terhadap otoritas guru, melainkan siswa yang baik harus bisa mengambil manfaat besar yang diberikan oleh guru sehingga siswa bisa mencapai kematangan dan kemandirian.

3. Seni, Ilmu, dan Profesi
Dalam hal ini, guru harus mampu melakukan dan menangani proses kreatif secara tidak terduga. Aktivitas yang paling penting dalam mengajar adalah mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses belajar berlangsung. Mengajar bukan seni dan ilmu, melainkan aktivitas profesional guru. Dalam menjalankan aktivitas profesional itu guru mengkombinasikan dimensi ilmu dan seni, atau sebaliknya.

4. Pengajar yang cerdas
Pengajar yang cerdas mencerminkan keterpelajaran, integritas pribadi, dan kemampuan berkomunikasi terhadap siswa. Guru yang profesional memegang kebiasan berpikir, tidak bertahan pada cara-cara tradisional dan hanya memegang kaidah-kaidah berpikir yang vertikal, tanpa menggunakan alternatif.
Integritas pada pengajar yang cerdas memiliki tiga makna terpisah, yaitu:
  • kejujuran tercermin dari prinsip hidup dan keterusterangan yang layak
  • kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan diri sebagai guru yang hebat
  • kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan anak-anak muda
C. Tabel Analisis Pengalaman

No.
Pengalaman
Teori
1.
Guru bahasa Inggris saya sewaktu SMA selalu hadir tepat waktu dan jika terlambat maka guru saya akan meminta maaf dan menyatakan hal apa yang membuat guru saya terlambat masuk ke ruang kelas. Saya terkesan karena banyak guru lain yang terlambat dan tidak menyatakan permintaan maaf kepada siswanya.
Jika dilihat dari karakter pribadi seorang guru yang jenius dan efektif, maka guru bahasa Inggris saya memiliki karakter pribadi ksatria, jujur, disiplin, dan memiliki motif bagus.
2.
Guru bahasa Indonesia saya sewaktu SMA mau mendengarkan masalah-masalah siswanya dan selalu memberikan nasihat-nasihat yang berguna untuk siswa-siswanya termasuk kepada saya. Guru ini pernah memberikan nasihat saat pemilihan jurusan, saya sewaktu itu tidak memiliki orang dewasa yang bisa diajak berbicara mengenai pemilihan jurusan ini karena, ayah saya bekerja di luar kota.
Guru bahasa Indonesia saya memiliki karakteristik penyayang, memiliki motif baik, dan memiliki komitmen yang baik.
3.
Guru PKN saya sewaktu SMP, saya tidak terlalu suka dengan guru ini karena guru ini hanya menyuruh kami membaca buku secara bergantian. Jika suasana kelas tidak tenang, maka guru ini akan memanggil siswa-siswa yang membuat keributan dan mencubit mereka.
Guru PKN saya ini jika dilihat dari cara mengajar, maka guru ini tidak memiliki seni dalam mengajar, komunikasi dengan siswa pun tidak baik sehingga membuat suasana kelas selalu bosan dan tidak menarik.


Referensi:
Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

Note:
Artikel ini berupa resume penulis sehingga mungkin saja memiliki perbedaan makna dari buku aslinya, untuk lebih jelasnya bacalah buku Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi karangan Sudarwan Danim.

Terima kasih ^^
Susi Trisnawaty

Comments

  1. awal yang baik Susi... ayo terus menghasilkan kinerja yang optimal ya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apa yang dimaksud Heutagogi??

Spaghetti Bolognese

Soto Medan, Indonesia